Terjawab keberadaan kades di Blora, Jawa Tengah yang sempat menghilang. Kades bernama Rumidi tersebut bukannya menghilang melainkan sembunyi karena korupsi. Rumidi ditangkap polisi di wilayah Grobogan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kasat Reskrim Polres Blora, AKP Slamet. Rumidi sempat menjabat sebagai Kades Nglebur, Kecamatan Jiken, Blora. Rumidi ditangkap pada Minggu (17/9/2023).
Berdasarkan koordinasi yang dilakukan bersama BPK maupun Inspektorat Kabupaten Blora, Rumidi diduga melakukan korupsi dana desa untuk kepentingan pribadi. “Yang bersangkutan telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu merugikan keuangan negara, hasil audit inspektorat hampir kurang lebih Rp 396 juta,” terang AKP Slamet, dikutip dari Tribun Jateng.
Dalam konferensi pers tersebut, pihak kepolisian turut menyertakan tersangka dan barang bukti yang digunakan dalam melakukan tindak pidana korupsi. Sebelumnya diberitakan, masyarakat Blora dibuat heboh atas kabar hilangnya kades Rumidi secara misterius. Rumidi hilang secara misterius selama 2 bulan.
Mulanya, Rumidi meminta izin ke istrinya ingin pergi berobat. Hilangnya Rumidi berdampak terhadap kondisi sosial dan pembangunan di desa yang dia pimpin. Dengan hilangnya kades Rumidi, pembangunan desa di wilayah itu juga terkendala. Bahkan, lingkungan masyarakat juga mulai bergejolak. Sekretaris Desa Nglebur Mujianto mengatakan pihaknya tidak dapat berkomunikasi dengan Rumidi sejak 19 Juni 2023 lalu. Menurut Mujianto, hilangnya Rumidi berawal dari absennya sang kepala desa di Balai Desa pada 20 Juni 2023.
Sebelum menghilang, istri Rumidi awalnya ikut bingung. Hal itu dikarenakan sopir mobil dinas suaminya itu pulang ke rumah tanpa sang kepala desa. “Tanggal 20 Juni Pak Lurah tidak masuk ke kantor, tapi dihubungi tidak bisa, kemudian kami menghubungi Bu Kades, ‘Pak Lurah di rumah Bu?’,” “‘itu kemarin sore pamite kontrol kok enggak ada pulang’, terus kami tunggu, tapi kok enggak kunjung masuk,” ucap Muji saat ditemui Kompas.com di Balai Desa setempat, Jumat (18/8/2023).
Memang sebelum pergi dari rumah, Rumidi sempat mengalami sakit pada kakinya. Kaki Rumidi mengalami pembengkakan yang kemudian dilakukan tindakan operasi di rumah sakit beberapa hari sebelumnya. “Pergi dari rumah itu tanggal 19 Juni, izinnya dari pihak istri itu berobat, karena punya luka di kaki, tapi sampai sekarang enggak kunjung pulang,” kata dia. Pada saat pergi untuk jadwal kontrol, Rumidi hanya diantar oleh sopir menggunakan mobil milik LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).
Dugaan Rumidi mengalami sesuatu yang tidak baik-baik saja itupun semakin menguat. Kondisi keluarga Rumidi seperti diceritakan oleh Bu Kades ternyata tidak sedang baik-baik saja. “Anaknya kan juga sakit tumor, tapi sudah dikemoterapi. Mertuanya juga kena stroke.” “Sehingga istrinya kades tidak bisa mengantar suaminya untuk kontrol, sehingga diantarkan oleh sopir menggunakan mobil LMDH,” terang dia.
Setelah berada di wilayah Cepu, sopir tersebut diminta segera pulang dan meninggalkan Rumidi sendirian. “Kemudian Pak Lurah meminta sopir tersebut untuk pulang terlebih dahulu karena mobil LMDH sudah ditunggu warga, karena mobil sosial.” “Ya sehingga diturunkan di wilayah Cepu,” jelas dia. Setelah sopir tersebut pulang, dirinya tidak lagi mengetahui keberadaan Rumidi.
Absennya Rumidi sebagai kepala desa, tentu berdampak pada pemerintahan desa. Apalagi, sampai pencairan dana desa tidak dapat dilakukan karena harus menunggu tanda tangan dari kepala desa.
sumber: tribunnews.com